Tuesday, 22 April 2014

Berbagai kendala yang muncul dalam dalam budidaya ikan lele sistem bioflok


Berdasarkan pengalaman, banyak kendala yang dijumpai dalam ujicoba budidaya ikan lele sistem bioflok ini. Mulai dari pemilihan bentuk kolam, persiapan air kolam, proses pembesaran, pensortiran hingga panen raya. Ditambah lagi dengan adanya ikan mati yang penyebabnya bisa berasal dari kepadatan lele, kanibalisme lele, kualitas air (suhu, ph, kadar oksigen, amoniak), penyakit dan lain-lain. Saya yakin masih banyak lagi permasalahan-permasalahan yang tidak saya ketahui di saat menerapkan sistem bioflok pada budidaya ikan lele dalam kolam terpal.

Dalam kesempatan ini saya mencoba menulusuri kembali permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam proses ujicoba budidaya ikan lele menggunakan kolam terpal dengan sistem bioflok.

Semoga teman-teman dapat mengambil pelajaran dari pengalaman ini.

Pembuatan Kolam
Bentuk kolam yang paling ideal adalah kolam bundar, karena sirkulasi air akan tersebar merata khususnya pada budidaya dengan kepadatan yang tinggi. Namun jika kita ingin memaksimalkan ruang kosong, maka bentuk kolam bujursangkar merupakan pilihan yang tepat.

Namun bagaimana bila terpaksa bentuk kolam tidak ideal dan harus menyesuaikan lahan yang tersedia? Apakah ada solusi agar hasil yang didapat bisa maksimal?

Persiapan Kolam.
Sebelum kolam dapat digunakan untuk budidaya khususnya pembesaran ikan lele dengan sistem bioflok, butuh tahapan-tahapan persiapan untuk meminimalkan kerugian yang terjadi akibat kesalahan dalam tahap persiapan.

Beberapa artikel yang saya baca menyarankan untuk menggunakan air sungai karena banyak mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan dalam proses pembentukan plankton.
Dalam artikel lain menyebutkan pada proses periapan, air diberi kaporit untuk membunuh kuman dan bakteri yang merugikan kemudian dilanjutkan proses penumbuhan plankton.

Jadi bingung...?#$#^$% mana yang benar?
Atau mungkin saya yang lupa kalau pernyataan pertama adalah persiapan untuk budidaya ikan lele dengan sistem sirkulasi, dimana secara berkala ada proses penambahan air sebagai ganti berkurangnya air saat pembuangan kotoran yang mengendap didasar kolam dan pernyataan kedua adalah persiapan untuk budidaya ikan lele dengan sistem bioflok.

Persiapan air kolam yang telah saya lakukan menggunakan air PDAM, dengan asumsi air sudah mengandung kaporit. Untuk menghilangkan efek kaporitnya air diaerasi minimal selama 24 jam. Dan tahap berikutnya adalah pembentukan flok dengan cara pemberian probiotik dan molase/gula selama beberapa hari sampai air layak untuk diberi bibit lele.


Penebaran bibit
Pada saat penebaran bibit lele, perlu adanya masa penyesuaian agar bibit lele tidak stress dan mati. Bibit lele yang telah dibeli dari peternak lele tidak langsung dimasukkan pada kolam yang sudah siapkan. Saya mengambil sebagian air dari kolam dan saya masukkan ke sebuah wadah (bisa bak air yang biasa dipakai untuk mencuci baju atau ember). Kemudian bibit tersebut saya masukkan ke dalamnya dengan tujuan agar bibit lele dapat menyesuaikan diri dengan suhu dan kondisi air kolam.
Meskipun demikian, setelah beberapa hari penebaran bibit masih ada beberapa bibit lele yang mati.
Apa penyebabnya? Apakah bibit lele mengalami stress yang disebabkan perubahan suhu dan/atau kondisi air  yang ekstrim, ataukah ada hal lain.

Proses Pembesaran
Kondisi awal air pada saat penebaran lele air masih berwarna kehijauan. Dari artikel yang saya baca, pemberian pakan pelet tidak perlu dilakukan hingga bibit berusia 1 bulan. Saya mencoba membuktikan kebenaran artikel tersebut, selang 1 hari setelah penebaran tidak saya beri makan. Hari kedua, pun tidak saya beri makan. Pada hari ketiga, iseng saya beri pelet yang sudah dilembutkan. Ya.. hanya sekedar untuk tambahan nutrisi maksudnya. Ternyata ikan-ikan pada berebut makanan seperti ikan yang kelaparan. Karena senang melihat ikan yang lahap makan, saya kasih lagi, lagi dan lagi sampai ikan tidak tampak berebut.
Namun sempat terbesit pertanyaan “Apakah flok yang terbentuk selama tahap persiapan air kolam tidak mencukupi kebutuhan ikan? ataukah pembentukan flok yang gagal?”
Akhirnya pemberian pakan saya lakukan setiap hari 2x sehari jam 9.30 dan 21.30. Dengan demikian interval pemberian pakan sama yaitu 12 jam. Saya ambil  jam 9.30 karena suhu udara sudah mulai hangat untuk di daerah tempat tinggal saya.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu tampak perubahan warna air yang semula kehijauan berupa menjadi coklat mudah sampai coklat kemerahan. Ikan pun nampaknya sehat, tidak ada lagi ikan yang mati.

Satu bulan berlalu, permasalahan muncul kembali. Warna air menjadi lebih gelap pekat lebih mengarah ke coklat kehitaman. Jangan-jangan ini yang dikatakan air terlalu pekat yang sibebabkan flok terlalu banyak. Tindakan yang saya ambil adalah mengeluarkan flok yang mungkin masih mengendap di dasar kolam dengan menggunakan pipa/selang yang sudah dipasang saat pembangunan/pembuatan kolam. Air beserta flok yang dikeluarkan tidak dibuang begitu saja, namun saya alirkan ke tandom dalam tanah untuk kebutuhan penyiraman tanaman. Setelah itu kolam diisi air kembali dengan air PDAM yang sudah melewati tahap persiapan.
Syukurlah jurus ini cukup ampuh.....

Selain kepekatan flok yang tinggi, juga muncul masalah lain yaitu: air kolam berbusa. Jika dibiarkan akan membahayakan ikan. Untuk menghilangkan busa tersebut, dilakukan pembuangan air permukaan kolam. Mudah-mudahan jurus ini juga ampuh.


Kenyataannya hingga usia lele mencapai 2 bulan 10 hari, belum terjadi kematian pada ikan lele. Mudah-mudahan begitu seterusnya. Amiin.....

Semoga bermanfaat.

14 comments:

  1. sekarang apa kabar biofloknya

    ReplyDelete
  2. Masih jalan dan sudah berkali-kali panen.

    ReplyDelete
  3. Salam kenal mas endro..saya saiful di bogor..sy bru mulai trnak lele bifloc...msh bingung..klo blh mau konsultsi sm mas endro..ap blh sy mta nomer hpnya..? trmsh sblmny mas endro

    ReplyDelete
    Replies
    1. Silakan mas.... WA aja di no 085 855 999 657. Saya juga msh belajar kok mas.

      Delete
    2. WA pakai nomor ini saja 085 855 566 467, trims

      Delete
  4. Sekarang sdh berpa kolam booflocnnya mas endro..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya tidak ngembangin lagi krn keterbatasan lahan mas. Lahannya terpakai untuk budidaya Cacing.

      Delete
  5. mas Endro, mau tanya. yang saya dengar katanya sistem bioflok itu jumlah penebaran bisa sampai 1000 ekor per m3. apa itu benar?
    utk kolamnya mas itu ukuran berapa trus awal pembibitan berapa ekor yg ditebar? mohon penjelasannya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kemungkinan besar bisa... saya belum coba sampai segitu.
      Saya pakai gentong/drum diameter 60cm tinggi 100cm (80cm air) saja bisa saya isi dengan kapasistas 200-300 ekor.
      Pernah juga sampai 500, tp hasilnya kurang maksimal (faktor dimensi kolam)

      Untuk kolam terbalnya sudah saya ganti dengan drum/gentong plastik karena lebih awet. :-)

      Delete
  6. Maz kalo pake drum palstik yang 200L bisa berapa ekor maz sekali tebar benih ?

    ReplyDelete
  7. Mas endro pake probiotik apa?
    Karna yg saya baca, bakteri pembentuk flok bakteri bacillus sp.
    Beda produk probiotik beda juga bakterinya. Kira2 akan mempengaruhi proses budidaya bioflok?

    ReplyDelete
  8. Mas klo pakai drum plastik berapa banyak takaran probiotiknya?

    ReplyDelete
  9. Mas aeratornya yg berapa watt

    ReplyDelete